Dalam proses pembelajaran bahwa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan rill adalah merupakan tujuan pendidikan. Tetapi dalam proses pembelajaran dalam kelas bagaiamana siswa dapat menguasai dan memahami bahan ajar secara tuntas masih merupakan masalah yang sulit. Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam satu kelas para siswa adalah merupakan makhluk sosial yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek kecerdasan, pisikologis, biologis.
Dari perbedaan tersebut maka dapat menimbulkan beragamnya sikap dan anak didik di dalam kelas. Menjadi tugas guru bagaiman menjadikan keanekaragaman karakteristik siswa tersebut dapat diatasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dari permasalahan tersebut maka kiranya perlu bagi guru atau calon pengajar mengetahui dan memahami tentang pengelolaan kelas, salah satunya yaitu pengaturan ruangan kelas berupa penataan tempat duduk siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Ruang Lingkup Penataan Formasi Tempat Duduk Siswa?
2. Apa Saja Jenis-Jenis Penataan Formasi Tempat Duduk Siswa?
3. Apa Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing Formasi (simulasi)?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Penataan Formasi Tempat Duduk Siswa
2. Menjelaskan Jenis-Jenis Penataan Formasi Tempat Duduk Siswa
3. Menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing Formasi (simulasi)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup Penataan Formasi Tempat Duduk Siswa
Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa.Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1. Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3. Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut Conny Semawan,dkk. yaitu:
- Ukuran bentuk kelas
- Bentuk serta ukuran bangku dan meja
- Jumlah siswa dalam kelas
- Jumlah siswa dalam setiap kelompok
- Jumlah kelompok dalam kelas
- Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada intinya mencakup ketiga aspek di atas. Persamaan dan perbedaan dimaksud adalah :
- Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (inteligensi).
- Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
- Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar
- Persamaan dan perbedaan dalam bakat
- Persamaan dan perbedaan dalam sikap
- Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan
- Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan/pengalaman
- Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah
- Persamaan dan perbedaan dalam minat
- Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita
- Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan
- Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian
- Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan
- Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan.
Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas, sangat berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas. Terutama berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa dan penataan tempat duduk dengan metode belajar kelompok guna menciptakan lingkungan belajar aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat terlaksana.
Penempatan siswa kiranya harus mempertimbangan pula pada aspek biologis seperti, postur tubuh siswa, dimana menempatkan siswa yang mempunyai tubuh tinggi dan atau rendah. Dan bagaimana menempatkan siswa yang mempunyai kelainan dalam arti secara psikologis, misalnya siswa yang hiper aktif, suka melamun, dll.
B. Jenis-Jenis Penataan Formasi Tempat Duduk Siswa
Silberman menunjukkan penataan tempat duduk siswa yang dapat dipilih dalam proses pembelajaran adalah: model huruf U, corak tim, meja konferensi, lingkaran, susunan chevron, auditorium, model tradisional.
1. Huruf U
Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi secara langsung, sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.
2. Corak Tim
Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis.
3. Meja Koferensi
Formasi konferensi sangat bagus digunakan dalam metode debat saat membahas suatu permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik, kemudian membiarkan para siswa secara bebas mengemukakan berbagai pendapat mereka. Denagn begitu akan didapatkan sebuah kesimpulan atau bahkan dapat memunculkan permasalahan baru yang bisa dibahas lagi pada pertemuan berikutnya.
4. Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh.
5. Susunan Chevron
Bentuk cevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas. Formasi ini memberikan sudut pandang baru bagi siswa, sehingga mereka mampu menjalani proses belajar-mengajar dengan antusias, menyenangkan, dan terfokus.
6. Auditorium
Formasi auditorium merupakan tawaran alternative dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, maka guru dapat membuat bentuk pembelajran ala auditorium untuk membentuk hubungan yang lebih erat, sehingga memudahkan siswa melihat guru.
7. Tradisional
Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa.
C. Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing Formasi (simulasi)
1. Huruf U
Kelebihan : guru dapat menjangkau seluruh peserta didik sehingga pembelajaran dapat maksimal.
Kekurangan : kondisi ini digunakan untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak.
2. Corak Tim
Kelebihan : memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Siswa juga dapat mendiskusikan masalah belajarnya dengan siswa satu kelompoknya dan dapat memaksimalkan kegiatan belajarnya dengan baik.
Kekurangan : Kondisi kelas biasanya ramai dan materi yang disampaikan tidak dapat disampaikan secara maksimal dalam kondisi kelas yang demikian.
3. Meja Konferensi
Kelebihan : menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat/ sulit karena didiskusikan secara bersama.
Kekurangan : Dapat mengurangi peran penting siswa.
4. Lingkaran
Kelebihan : sistem ini dapat menyelesaikan permasalahan kelompok secara bersama dengan peserta didik yang jumlahnya banyak, dapat menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat/ sulit.
Kekurangan : pembelajaran kurang efektif dalam penerimaan dan pemberian tugas, karena siswa umumnya lebih suka bermain.
5. Susunan Chevron
Kelebihan : mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran
Kekurangan :
6. Auditorium
Kelebihan : mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional)
Kekurangan : lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif
7. Tradisional
Kelebihan : siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak lebih teratur dam rapi, dan guru dapat mengawasi dari depan.
Kekurangan : guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siawa yang tempat duduknya dibelakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya termasuk penataan tempat duduk siswa, selama proses pembelajaran. Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penataan tempat duduk siswa adalah lingkungan fisik kelas, metode pembelajaran yang digunakan, kebutuhan siswa dalam mengakses informasi, dan karakteristik individu siswa baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologisnhya.
Adapun jenis-jenis formasi tempat duduk siswa adalah sebagai berikut:
1) Huruf U
2) Corak Tim
3) Meja Konferensi
4) Lingkaran
5) Susunan Chevron
6) Auditorium
7) Tradisional
Dari jenis-jenis formasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan tersebut disebabkan karena lingkungan fisik kelas, metode pembelajaran yang digunakan, kebutuhan siswa dalam mengakses informasi, dan karakteristik individu siswa.
B. Kritik dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang memjadi bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi atau rujukan yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan juga bagi para pembaca yang budiman pada umumnya.
Lihat Juga:
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Imam, M.Pd., 2013, Pengelolaan Kelas; Dari Teori Ke Praktek, Yogyakarta: Penerbit Insyira
Udhiexz, 2008, Pengelolaan Kelas, [online], (http://udhiexz.wordpress.com/2008/05/27/pengelolaan-kelas/ , diakses tanggal 07 April 2014)
Educatainment, 2012, Mendesain Ruang Kelas, [Online], (http://educatainment.wordpress.com/2012/05/31/b-pengaturan-bangku/ , diakses tanggal 07 April 2014)
Prennddd..., ini cuma sekedar buat bacaan / sinau aja., berhubung ketika aqyu posting ini dalam keadaan galau, cedih, n gelisah, mungkin masih banyak yang salah and perlu aqyu perbaiki. Tapi,,, materi and pembahasannya tetap sama tanpa ada perubahan.
Nah.., temanQ seperjuangan biar enggak susah payah copas, langsung aja download / save filenya dengan cara klik ling di bawah ini:
View and Download FIle
Bagi plend yang kagak bisa mendownloadnya klik link aja link berikut:
Cara Membuka dan Mendownload File (Word, Excel, Pdf)
Mudah kan kawand................ :)
Selamat belajar... SUKSES..........!!!!!